Iklan

DAFTAR WARTAWAN DISINI oleh redaksi investigasi
Redaksi Investigasi
Senin, 07 April 2025, April 07, 2025 WIB
Last Updated 2025-04-07T02:50:07Z
Amerika SerikatBerita JakartaHarga Minyak TurunMinyak Anjlok ParahNasionalPeristiwaPresiden Donald trumpResesi TahunTarif Global

Harga Minyak Anjlok Usai Manuver Donald Trump



Jakarta, Investigasi.com


 Harga minyak Amerika Serikat (AS) turun di bawah USD 60 per barel pada hari Minggu (Senin waktu Jakarta) di tengah kekhawatiran tarif global Presiden Donald Trump akan mendorong AS, dan mungkin dunia, ke dalam resesi.


Dikutip dari CNBC, Senin (7/4/2025), harga  minyak mentah berjangka West Texas Intermediate AS  turun lebih dari 3% menjadi USD 59,74 pada Minggu malam. Penurunan ini terjadi setelah penurunan berturut-turut sebesar 6% minggu lalu. WTI kini berada pada level terendah sejak April 2021. 


Kekhawatiran meningkat bahwa tarif dapat menyebabkan harga yang lebih tinggi bagi bisnis, yang dapat mengakibatkan perlambatan aktivitas ekonomi yang pada akhirnya akan merugikan permintaan minyak. 


"(Tarif yang akan mulai berlaku minggu ini) kemungkinan akan mendorong ekonomi AS dan mungkin global ke dalam resesi tahun ini,” menurut JPMorgan.


Perusahaan tersebut pada hari Kamis menaikkan peluangnya untuk mengalami resesi tahun ini menjadi 60% setelah penerapan tarif, naik dari 40%. 




Harga Minyak Merosot ke Level Terendah dalam 3 Tahun


Sebelumnya, harga minyak mentah turun ke level terendah dalam periode tiga tahun terakhir. Harga minyak Amerika Serikat (AS) anjlok ke level terendah sejak 2021 dipicu oleh kekhawatiran bahwa kebijakan tarif yang diumumkan oleh Amerika Serikat (AS) akan membebani pertumbuhan ekonomi dunia.


Mengutip CNBC, Sabtu (5/4/2025), harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) ASturun lebih dari 6% pada hari Jumat, sehingga harga per barel menjadi USD 62,72. Pada satu titik, harga sempat turun di bawah level USD 61 per barel. Penurunan ini menyusul setelah anjloknya harga minyak 6,6% pada hari Kamis.


Penurunan cepat harga minyak dunia ini terjadi karena dinamika permintaan-penawaran untuk pasar energi terpukul di kedua sisi.


Para ekonom Wall Street melihat kebijakan tarif yang diumumkan oleh Presiden AS Donald Trump minggu ini telah meningkatkan kemungkinan terjadinya resesi global.



Prospek ekonomi merupakan faktor utama harga minyak, karena baik konsumen yang menggunakan bensin untuk mobil mereka atau produsen kimia yang menggunakan energi sebagai bahan baku dalam produksi mereka meningkatkan permintaan minyak mentah.


"Meskipun saat ini sulit untuk memprediksi arah perkembangan secara keseluruhan, kami percaya bahwa, untuk harga minyak, lintasannya jelas satu arah," kata kepala analis komoditas global JPMorgan Natasha Kaneva, dalam catatan kepada klien pada hari Jumat.


Di tengah prospek ekonomi yang melemah, proyeksi pasokan minyak global justru melonjak.

Pada hari Kamis, delapan anggota OPEC+ sepakat untuk menaikkan produksi minyak mentah harian gabungan mereka sebesar 411.000 barel per hari. Peningkatan produksi tersebut lebih besar dan lebih cepat daripada yang diantisipasi pasar.


Kepala analis komoditas global RBC Capital Markets Helima Croft mengatakan dalam acara "Power Lunch" CNBC bahwa keputusan untuk menaikkan produksi minyak tersebut karena adanya perselisihan internal di antara anggota OPEC+.


"Negara-negara yang mendorong keputusan ini berkata, 'Lihat, semua orang mengira kita membutuhkan minyak seharga USD 90. Kami ingin menunjukkan kepada Anda bahwa kami tidak membutuhkan harga yang lebih tinggi. Kami siap menanggung harga yang lebih rendah untuk sementara waktu,'" kata Croft.



Sumber : Liputan6.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar